Industri Pengolahan Minta Ekspor Kelapa Utuh Dibatasi
Bisnis.com, MANADO -- Kalangan pengusaha produk olahan kelapa meminta pemerintah membenahi tata niaga kelapa dengan membatasi ekspor kelapa utuh agar industri pengolahan kelapa di dalam negeri tidak kekurangan pasokan.
Daniel Pesik, Ketua Perhimpunan Pengusaha Arang Kelapa Indonesia atau Perpaki, mengatakan ekspor kelapa segar menyebabkan bahan baku pembuatan arang dari tempurung kelapa berkurang. Padahal, ekspor arang kelapa memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kelapa utuh. Sebagaimana diketahui, seluruh bagian dari buah kelapa bisa diolah, mulai dari sabut, buah kelapa, air kelapa, hingga tempurung.
Menurut Daniel, hasil pembakaran batok kelapa bisa digunakan untuk bahan baku karbon aktif dan briket yang laku di pasar Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat. Nilai ekspor arang kelapa diperkirakan mencapai Rp6 triliun hingga Rp7 triliun pada 2016 lalu.
Oleh karena itu, pihaknya kini memfasilitasi para pelaku usaha di sektor perkebunan kelapa untuk menggenjot produk turunan. "Kami ingin para pelaku bisnis merasakan nilai tambah yang lebih besar dari produk kelapa. Di sisi lain, replanting juga perlu dilakukan agar produksi buah kelapa bisa stabil dalam 6-10 tahun mendatang," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (19/3).
Daniel mengatakan, tanpa peremajaan kelapa secara massif, industri pengolahan kelapa, termasuk arang bakal mengalami kelangkaan bahan baku yang lebih berat. Alhasil, harga jual untuk produk-produk olahan pun bisa terkerek sejalan dengan kenaikan bahan baku. Dia menggambarkan, harga arang kelapa buatan India mencapai US$330 per ton.
Untuk diketahui, luas kebun kelapa Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Data Asian and Pacific Coconut Community (APCC) menunjukkan luas kebun kelapa Indonesia mencapai 3,61 juta pada 2014 dengan produksi kelapa sebanyak 16,35 miliar butir.
Data dari Ditjen Perkebunan menunjukkan, di 2016 luas kebun kelapa Indonesia mencapai 3,6 juta atau relatif stagnan dibandingkan dengan 2014. Dari luas tersebut, hanya 2,6 juta yang berproduksi seangkan sisanya kebun yang tidak produktif. Dengan demikian, tingkat produktivitas kebun kelapa Indonesia mencapai 4.530 butir per hektare, jauh lebih rendah dibandingkan dengan India (10.119 butir per hektare) dan Brazil (11.630 butir per hektare).
Bahkan, dibandingkan dengan Thailand dan Vietnam, produktivitas kebun Indonesia juga masih kalah. Thailand bisa menghasilkan 10,1 miliar butir dari luas lahan hanya 206.000 hektare atau rasio per hektare mencapai 4.859 butir. Sementara itu, produktivitas Vietnam juga lebih tinggi, yakni sebesar 7.834 butir per hektare.
Sumber : http://industri.bisnis.com/read/20170319/99/638283/industri-pengolahan-minta-ekspor-kelapa-utuh-dibatasi
0 Response to "Industri Pengolahan Minta Ekspor Kelapa Utuh Dibatasi"
Posting Komentar