pengolahan kelapa kopra
Pengolahan Kelapa menjadi Kopra
Teknologi pengolahan kopra pada dasarnya merupakan proses pengeringan
atau penurunan kadar air buah kelapa sampai kadar air tertentu.
Teknologi pengolahan daging buah kelapa yang banyak dilakukan petani
kelapa di Indonesia masih berupakan teknik pengolahan kelapa
tradisional. Selain analisa biaya serta analisa data hasil penjualan
belum maksimal sehingga belum menghasilkan analisa ekonomi yang
memuaskan, ciri umum pengolahan kopra secara tradisional:
1.Kualitas tidak konstan
2.Ketahanan simpan kurang
*Pengolahan tradisional dan ciri-cirinya*
Pengolahan tradisional merupakan cara pengolahan yang diwarisi dari
generasi ke generasi tanpa ada perubahan, baik dalam prosedur dan
urut-urutan pengerjaan, maupun alat-alatnya.
Ciri-ciri pengolahan tradisional kopra adalah sebagai berikut:
1.Tahap-tahap pengolahan cara tradisional belum sepenuhnya mendasarkan
pada proses yang sebenarnya berlangsung dalam tahap tersebut.
2.Peralatannya umumnya tidaklah tepat, atau tidak dapat sepenuhnya
mengarahkan proses menuju ke terbentuknya sifat bahan yang dikehendaki
konsumen atau pemakai.
3.Tingkatan proses yang berlangsung umumnya tidak diperiksa secara
kuantitatif.
4.Kurang mempertimbangkan perencanaan berdasarkan pada prinsip-prinsip
ekonomi.
*Bahan dasar pembuatan kopra*
Bahan dasar pengolahan kopra adalah daging buah kelapa. Pada umur 160
hari daging buah (endosperm) mulai terbentuk, pada umur 300 hari
mencapai maksimal, dan pada umur 12 bulan buah menjadi masak (berat
rata-rata 3 -4 kg).
Komposisi buah kelapa (masak optimal) adalah sabut (35%), tempurung
(12%), daging buah (28%), dan air buah (25%). Kadar air buah segar
sekitar 50%. Komposisi kopra diharapkan (komposisi kopra mutu terbaik)
adalah air (6-7%), minyak (63-64%), protein (7-8%), karbohidrat (15%),
mineral (2%), dan serat (3-4%). Daging buah muda dan lewat masak bila
diolah menghasilkan kopra dengan mutu dan produksi rendah.
*Pengeringan daging buah kelapa menjadi kopra*
Pengolahan kopra berupa proses penguapan air dari daging buah kelapa,
sehingga kadar air mula-mula ± 50 % diturunkan menjadi 5-7 % dengan cara
pengeringan. Kecepatan penguapan air dipengaruhi oleh tenperatur, luas
bidang permukaan, dan tekstur daging buah kelapa. Penguapan air di
permukaan mula-mula berjalan cepat sekali, dan makin lama makin lambat,
karena air di lapisan sebelah dalam harus mendifusi dahulu ke bagian
sebelah luar sebelum menguap.
Waktu pengeringan diupayakan sesingkat-singkatnya untuk mencegah
kerusakan-kerusakan maupun dekomposisi dari daging buah. Pemberian suhu
tinggi langsung kontak pada bahan (lebih besar dari 85 C) dihindari,
karena dapat menghasilkan kopra bermutu rendah, dalam hal ini adalah
case hardened copra. Sebaliknya, pemberian suhu rendah (lebih kecil dari
40 C) menyebabkan terjadinya pembusukan oleh mikrobia dan enzim-enzim
sehingga mengakibatkan terjadinya lendir pada permukaan daging buah
¬berakibat pada kenampakan kopra tidak baik dan mengandung asam lemak
bebas tinggi.
Dasar-dasar pengeringan kopra adalah sebagai berikut:
1.Kadar air daging buah segar harus dapat diturunkan dari 50-55 %
menjadi 35 % dalam waktu 24 jam.
2.Selama 24 jam berikutnya, kadar air harus diturunkan menjadi 20 %.
3.Dalam waktu 24 jam berikutnya, kadar air harus diturunkan lagi menjadi
5 – 6 %.
*Proses Pengolahan Kopra*
Pemetikan, pengangkutan, dan pembelahan buah.
/Pemetikan buah kelapa/
Ada dua cara pemetikan buah kelapa yaitu (1) menanti buah jatuh sendiri
dan (2) buah sengaja dipetik. Pemetikan buah kelapa dilakukan sepanjang
tahun, dengan jangka waktu tiap bulan, tiap dua bulan, atau pun 3 bulan.
Produksi buah kelapa rata-rata untuk setiap pohon adalah 40 – 60 butir
kelapa per pohon, produksi buah kelapa terbaik atau tertinggi adalah 80
butir per pohon, serta produksi buah kelapa yang paling jelek atau
sangat jelek adalah 0 – 20 buah kelapa / pohon kelapa.
Kelapa yang dipetik terlalu muda akan menghasilkan kopra yang lunak
serta mudah terjadi kerusakan selama pengolahan akibat aktivitas
mikrobia. Sedangkan kelapa yang dipetik lewat masak akan menghasilkan
daging buah berlendir dan sukar dikeringkan serta menghasilkan kopra
keras, warna tidak putih, dan warna minyaknya pun jelek.
*Pengangkutan bahan*
Hasil pemetikan harus segera dibawa ke tempat pengolahan. Lama waktu
setelah pembelahan berpengaruh terhadap kerusakan yang ditimbulkan
sebelum pengeringan, serta mutu kopra. Semakin lama jarak waktu antara
pembelahan dan pengeringan akan meningkatkan jumlah dan persentase kopra
yang bermutu rendah / berwarna merah kemerahan dan merah hitam. Waktu
antara pembelahan dan pengeringan yang masih dianggap baik adalah
periode 0 – 4 jam.
*Penghilangan sabut dan pembelahan buah*
Tujuan penghilangan sabut dan pembelahan buah adalah untuk memudahkan
proses selanjutnya sekaligus mengeluarkan air buah. Setelah air menetes
habis, harus segera dikeringkan. Buah setelah dibelah, jika dibiarkan
akan menyebabkan rusaknya daging buah, misalnya: tumbuhnya jamur lendir
yang diikuti oleh pertumbuhan jamur pada permukaan daging buah.
*Cara-cara pengeringan*
*Pengeringan dengan sinar matahari *(/sun-drying/)
Peralatan yang dibutuhkan untuk cara pengolahan / pengeringan dengan
sinar matahari adalah lantai pengering atau pun rak-rak terbuat dari
bambu. Bila cuaca baik, dalam waktu 2 hari pengeringan, daging buah
dengan mudah dapat dicungkil dari tempurungnya. Dengan pengeringan
kembali selama 3 – 5 hari sudah akan didapatkan kopra kering. Pada cuaca
baik, pengeringan secara kontinyu selama 8 jam mampu menguapkan ± 1/3
kadar air yang terdapat pada buah. Dalam perdagangan hasil pengeringan
tersebut dinamakan sebagai /sun-dried /kopra.
Keuntungan-keuntungan /sun-drying/:
1)biaya murah
2)tidak memerlukan bahan bakar
3)relatif sedikit memerlukan pemeliharaan alat
4)menghasilkan kopra dengan mutu tinggi
Kelemahan-kelemahan sun-drying:
1)sangat tergantung cuaca.
2)waktu dan kondisi pengeringan tidak dapat diatur.
3)kemungkinan pertumbuhan jamur bila cuaca kurang atau tidak baik atau
bila waktu pengeringannya terlalu lama.
*Pengeringan dengan panas buatan (/artificial drying/)*
*Pemanasan secara Langsung*
Dengan cara ini, daging buah akan kontak langsung dengan gas-gas yang
timbul dari pembakaran dalam dapur api. Hasil yang diperoleh dengan
pengeringan dengan pemanasan secara langsung disebut sebagai smoke-dried
copra, dengan ciri khas berbau asap dengan permukaan berwarna putih
kecoklatan. Contoh model alat pengering ini adalah: rak-rak bambu dengan
dinding terbuat dari daun-daun kelapa. Model pengering ini merupakan
alat pengering buatan paling sederhana. Bahan bakar menggunakan
tempurung kering.
*Pemanasan secara tidak langsung*
Dengan cara ini, buah kelapa tidak melakukan kontak secara langsung
dengan gas-gas hasil dari suatu pembakaran. Alat pengering dengan
pemanasan secara tidak langsung terdiri dari suatu ruang pengering
dilengkapi dengan pipa pemanas. Cara ini memerlukan capital investment
lebih besar sehingga akan mempengaruhi biaya produksi kopra yang
dihasilkan. Kopra yang dihasilkan mutu yang baik (warna yang baik,
minyak yang dihasilkan memiliki rasa dan aroma baik, dan tidak
menunjukkan gejala rancidity selama penyimpanan 8 bulan). Kopra
selanjutnya dikemas, setelah didinginkan, kemudian dipasarkan untuk
berbagai keperluan. Umumnya, permintaan kopra paling banyak dari
industri pengolahan minyak goreng. Selain dapat diolah menjadi kopra,
daging buah kelapa dapat diolah menjadi /desiccated coconut /dan
/sweetened coconut/. Kedua produk tersebut dapat dimanfaatkan dalam
industri pengolahan makanan atau pengolahan pangan, misalnya dalam
industri /bakery/.
*Kerusakan-kerusakan kopra*
Selama penyimpanan, kopra dapat mengalami kerusakan. Sebab-sebab
kerusakan kopra selama penyimpanan antara lain : kurang sempurnanya
pengeringan, peyimpanan yang kurang baik, praktek-praktek dalam
perdagangan, yaitu mencampur kopra baik dengan kopra jelek. Kopra yang
kurang kering dapat berakibat pada terjadinya kenaikan kandungan asam
lemak bebas selama penyimpanan.
Mikrobia yang potensial tumbuh pada daging buah kelapa dengan berbagai
kadar air antara lain adalah sebagai berikut : Aspergillus flavus
(kuning-hijau), A. niger (hitam), Rhizopus nigricans (putih yang
akhirnya kelabu-hitam) pada kadar air 20 – 50%, A. flavus, A. niger, R.
nigricans pada kadar air 12 – 20 %, A. Tamarii, A. glaucus sp. pada
kadar air 8 – 12 %, serta Penicillium (hijau) dan A.glaucus
(putih-hijau) pada kadar air < 8 %.
*Pengolahan Limbah dari Pengolahan Kelapa menjadi Kopra*
Dari pengolahan kopra dihasilkan limbah berupa air kelapa, sabut kelapa
/ serabut kelapa dan tempurung kelapa / batok kelapa. Pengolahan air
kelapa dapat lebih lanjut menghasilkan produk berupa minuman /ready to
drink/, nata de coco, cuka air kelapa, dan kecap air kelapa. Tempurung /
batok kelapa dapat dimanfaatkan menjadi aneka barang kerajinan rumah
tangga, meskipun banyak juga yang hanya memanfaatkannya untuk bahan
bakar pengolahan kopra.
0 Response to "pengolahan kelapa kopra"
Posting Komentar