Krisis Mendorong Pengusaha Kelapa Kalbar Berhimpun
Perhimpunan Pengusaha Kelapa Kalimantan Barat atau PPKKB Sumber Foto : Tribun Bisnis |
JAKARTA - Industri kelapa Kalimantan Barat telah berdiri sejak tahun 50an Paling banyak berupa industri pengolahan kopra menjadi crude coconut oil-CCNO atau minyak kelapa mentah.
Belakangan muncul produk lain seperti santan, air kelapadanbriket. Sempat berjumlah 30 pabrik pengolah kelapayang tersebar di kawasan Pontianak dan sekitarnya.
Akan tetapi sejak dua tahun belakangan hampir semuanya mengalami krisis bahan baku. Kini jumlah pabrik merosot tersisa 20an saja.
Banyak yang terpaksa mengurangi produksi hingga merumahkan karyawan sekitar 10 diantaranya tutup. Maraknya ekspor kelapabutir dalam kontainer ke China membuat pengusaha lokal berjalan dibawah kapasitas produksinya.
Betapa tidak dalam sebulan diperkirakan lebih dari 600 kontainer atau berkisar 10 juta butir sebulan keluar dari pelabuhan Dwikora Pontianak.
Sementara kebutuhan industri lokal dalam kapasitas produksi penuh berkisar 40 hingga 50 juta butir per bulan atau masih diatas produksi kelapa Kalimantan Barat sebesar 37 juta butir per bulan.
Nampaknya jumlah volume ekspor kelapa bulat cenderung bertambah dan belum ada tanda-tanda upaya pemerintah guna mengatur tata niaga ekspor kelapa bulat. Tidak urung pada Selasa 16 Mei 2017, sekitar 16 pengusaha kelapa Kalimantan Barat berkumpul sepakat untuk mencari solusi agar keluar dari krisis ini.
Dalam pertemuan yang kedua ini para pengusaha kelapa sepakat mendirikan Perhimpunan Pengusaha Kelapa Kalimantan Baratatau PPKKB di rumah makan Honjee Pontianak. Menurut Hon Tjiu ketua PPKKB yang baru terbentuk, potensi ekonomi industri kelapa di Kalbar sangat besar dengan nilai industri sebesar 3,5 hingga 4 triliun.
Ini angka yang cukup besar mengingat jumlah masyarakat yaitu petani dan pekerja yang bergantung pada ekonomi kelapasebesarkurang lebih 400 ribu jiwa atau hampir sepersepuluh dari total penduduk Kalimantan Barat.
Arnold Darmanto selaku sekretaris PPKKB mengatakan, para pengusaha perlu duduk bersama untuk mencari solusi jangka pendek terkait dengan kelangkaan bahan baku.
Tata niaga ekspor perlu di dorong dengan mendahulukan kebutuhan bahan baku dalam negeri. Berjalannya industri dalam negeri akan meningkatkan nilai tambah yang tentu bermanfaat bagi ekonomi lokal. Selain akibat ekspor Arnold menemukan fakta lain saat berkunjung ke sentra penghasil kelapa di wilayah Wajok Kabupaten Mempawah.
Di wilayah ini ia sempat bertemu dengan Haji Side salah satu petani senior yang menceritakan bahwa pohon yang ada sudah tua banyak yang telah berumur 70 tahunan. Produksinya turun drastis sebesar 30 butir per pohon per tahun padahal dulunya sempat sebesar 100 butir.
Ibrahim manager pengadaan disalah satu pabrik santan yang ada di Kalbar yang turut hadir dalam pertemuan mengemukakan perlu adanya solusi jangka panjang. Solusi tersebut menurutnya yaitu penanaman kelapa besar-besaran di Kalimantan Barat.
Jika saat ini luas kebun yang ada sebesar kurang lebih 100 ribu hektar maka ia berharap kedepan bisa mencapai 200 ribu hektar. Menutup pertemuan Hon Tjiu mengungkapkan dan diamini oleh peserta yang hadir bahwa perlu dibangun kemitraan dan hubungan yang harmonis antara petani kelapa dan pengusaha.
Hadir dalam pertemuan ini Ardi Simpala dari Sahabat Kelapa Indonesia yang juga setuju perlunya duduk bersama untuk mencari solusi persoalan kelangkaan bahan baku. Ia juga mengemukakan perlunya Otoritas Kelapa Indonesia seperti yang ada di Filipina, India atau Srilanka.
0 Response to "Krisis Mendorong Pengusaha Kelapa Kalbar Berhimpun"
Posting Komentar